Latest entries

Saturday, April 2, 2016

0 comments
Assalamualaikum sahabat surga, nih ada event kece nih dipembuka awal bulan, yaps...Kajian Sirah Nabawiyah dan Hamasah Day I. Dimana letak kecenya?

Nih coba sahabat-sahabat perhatiin gambar diatas, dari judulnya aja udah kajian. Seperti yang sahabat-sahabat tau kalau kajian itu banyak sumber ilmu yang bisa didapat, dari teladan, motivasi, hmmm pokoknya buaaaaaaaaaaaaaaanyak ditambah lagi kajian ini tentang sirah nabawiyah.

*sirah teh apa? kepala? aku mah gak ngerti hehe
= mastaka, kepala mah atuh ah

Niih sahabat-sahabat sirah nabawiyah itu adalah tentang sejarah nabi, catet yaa. Coba mana disini yang ngaku cinta Rasulullah, angkat tangannya????

Coba ada 1,2, 3 walah semuanya pada angkat tangan to

Kalo gitu coba kita test yang katanya cinta Rasulullah, coba sebutkan minimal 10 istri Rasulullah? dan siapa saja paman-paman Rasulullah? Sebutkan satu persatu?

Waahhh ko pada hening yaa, apa pada jawab dalam hati gitu kali yaaa hehehe atau pertanyaannya kesusahan hihi

Mungkin sangat benar dengan kata pepatah "Tak Kenal Maka Tak Cinta" ya, karena cinta tidak akan tumbuh begitu saja jika kita tidak mengenalnya terlebih dahulu bukan? dan saat cinta itu tumbuh antum pasti selalu pengen tahu apa yang dia suka, apa yang dia benci, kebiasaannya apa aja, sampe pengen kenal dengan keluarganya terus lagi ingin benar-benar memahami semua kisah hidupnya yang pernah ada dimasa lalunya bukan? betul apa betul?

Antum bisa jawab sendiri seberapa cintanya antum terhadap Rasulullah dalam hati :-)

Yang merasa cinta berarti akan rugi banget kalo sampe gak ikutan acara ini.

 So, event kedua adalah Hamasah Day I karena acara ini diadakan berkesinambungan, tujuan dari acara ini adalah untuk meningkatkan ukhuwah antara pengurus Hamasah. Bentuk acara untuk Hamasah Day I adalah lomba masak antar departemen, yeeeeeeeee...*Allahu Akbar!

Setiap departemen sudah diberi tugas akan memasak apa namun hanya dengan bahan yang disediakan panitia, mau tau keseruannya? pantengin terus official akun-akun kami dibawah ini!

Line            : ldkhamasahislam
Instagram   : ldkhamasahislam
Facebook   : Ldk Hamasah Islam | Hamasah Islam Poltekkes Bandung
Twitter       : @hamasah_islam
Blog           : www.hamasahislam.bogspot.com
Youtube     : Official Ldk Hamasah Islam
Email         : hamasa.poltekkes @gmail.com





Monday, March 21, 2016

0 comments
Bismillahirrahmanirrahim, Alhamdulillah sahabat surga diminggu ini kami akan membahas tentang...........



 "CINTA" dan "JODOH"

Waaaaaaaaaahhhhhhh, pasti langsung pada antusias yaa hehe kira-kira kisah cinta siapa yang akan diungkap? Dan ada teladan apa yang bisa diambil dari kisah cintanya? Cluenya kisah cinta ini adalah kisah cinta segitiga antara aku, kau dan dia? walaaah memang ada toh kisah cinta kekinian yang seperti itu pada saat masa Rasulullah? Daripada bingung kita simak yuu kisahnya.

Kisah ini datang dari sahabat Rasulullah bernama Salman Al-Farizi, namanya sudah tidak asing lagi dikuping karena beliau adalah orang yang mempunyai andil dibalik pembuatan parit di kota Madinah pada saat perang Khandaq beliau juga mendapat julukan Sang Pencari Kebenaran karena beliau pergi jauh-jauh dari Persia hanya untuk mengetahui akan kebenaran islam.

Alkisah, Salman Al Farisi sudah waktunya menikah. Hatinya tertambat pada seorang wanita Anshar yang di kenalnya sebagai wanita shalihah. Rasa cinta itu tentu saja hendak ia bawa dalam pernikahan, bukan hubungan yang lain. Maka, Berangkatlah salman ke rumah wanita pujaan hatinya bersama Abu Darda'. teman sekaligus saudaranya.
"Saya adalah Abu Darda', dan ini adalah saudara saya Salman seorang keturunan persia. Allah telah memuliakannya dengan Islam dan dia juga telah memuliakan Islam dengan amal dan Jihadnya. Dia memiliki kedudukan yang utama di sisi Rasulullah hingga menyebutnya sebagai ahli bait-nya Saya datang untuk mewakili saudara saya  ini melamar putri Anda untuk dipersuntingnya," jelas Abu Darda' dihadapan keluarga sang wanita.
"Adalah kehormatan bagi kami menerima sahabat-sahabat Rasulullah SAW," Ucap tuan rumah setelah beberapa lama, "Dan adalah kehormatan bagi keluarga ini bermenantukan seorang sahabat Rasulullah SAW yang utama. Akan tetapi hak jawab ini sepenuhnya saya serahkan pada putri kami."
Abu Darda' dan Salman menunggu dengan berdebar-debar. Tak lama kemudian sang ibu muncul kembali setelah berbincang dengan putrinya.
"Maafkan kami atas keterusterangan ini," kata sang ibu yang bicara mewakili putrinya. "Dengan mengharap Ridha Allah, saya menjawab bahwa putri kami menolak pinangan Salman. Namun jika Abu Darda' juga memiliki maksud yang sama, maka putri kami bersedia."
Jawaban tuan rumah tak terduga. Dapat dibayangkan bagai mana perasaan Salman kala itu. Lamarannya ditolak dan nyata-nyata wanita pujaannya memilih saudaranya sendiri. Sedih, malu, marah, kecewa, sakit hati, dan entah apa lagi. Namun, Salman jauh lebih mulia daripada rasa itu. Ia mengendalikan cinta, dan bukan menjadi budaknya. Akal sehatnya bergerak cepat untuk menerima dengan legawa setiap titik Qadarallah.
"Allahu Akbar!" Seru Salman, "Semua mahar dan harta yang aku persiapkan hari ini akan aku serahkan pada Abu Darda', dan aku akan menjadi saksi pernikahan kalian!" Betapa luasnya samudra hati Salman Al-Farisi. Kegagalan sama sekali tak membuatnya jatuh, apalagi terpuruk.
 
Subhanallah, sahabat yang luar biasa. Adakah diantara kita yang sekarang seperti itu? Kebiasaan zaman sekarang apabila tidak mendapatkan apa yang ia inginkan maka ia akan memaksakan kehendaknya padahal ia tidak menyadari bahwa Allah sudah menyiapkan gantinya yang lebih baik.

Mengutip dan ingin berbagi sedikit dari buku Mas Ahmad Rifa'i Rif'an yang berjudul "Ya Allah, Dia Bukan Jodohku (Ketika Mencintai Tak Bisa Menikahi)"

..Allah yang berulang-ulang memerintahkan kita untuk mensyukuri semua karunia-Nya. Percayalah, segala peristiwa yang terjadi dialam semesta adalah pemberian-Nya yang luar biasa. Kita menyebutnya musibah dan masalah karena melihat dari sudut pandang kita. Kita tak tahu bahwa yang kita sebut musibah itu adalah cara Tuhan menyelamatkan kita dari musibah yang lebih besar lagi.

Ketika kita dijauhkan dari sesuatu, yang hendak terpikir, "Berarti dia bukan yang terbaik untukku". Selesai. Keputusan Allah adalah yang terbaik bagi hamba-Nya.  Maka, bersyukurlah. Allah akan memberikan pengganti yang jauh lebih baik sebagai balasan atas syukur kita...

Tak semua masalah menjadi akhir segalanya. Terkadang yang kita sebut masalah justru akan kita syukuri dikemudian hari ketika baru menyadari ternyata ia adalah karunia.Tak semua yang jatuh berarti keburukan. Ketika banyak yang mengeluh dengan turunnya masalah hidup, ternyata banyak orang ditempat lain yang memandangnya dari sudut pandang yang positif sehingga bisa mensyukurinya.

Sungguh bijak ketika Ibn Al-Jauzi dalam kitab fenomenalnya, Shaid Al-Khatir, memberi nasihat, "Teliti ulang apa yang kau minta; apakah ia demi kebaikan agamamu atau hanya semata hanya untuk kesenangan hawa nafsumu? Jika hanya untuk hawa nafsumu, ketahuilah, salah satu bentuk kasih sayang Allah dan rahmat-Nya kepadamu adalah tidak mengabulkannya. Engkau yang memaksa pengabulan do'a sama seperti anak kecil yang merengek meminta sesuatu yang membahayakan  tetapi tidak dituruti karena rasa sayang kepadanya."

Masyaa Allah,

Teringat satu lagi kata mutiara dari TA'LIM ALIF FIKOM UMB dimana dalam video dakwahnya "Pesan Untuk Muslimah" disebutkan bahwa satu-satunya jodoh yang kekal untuk kita semua adalah kematian. Kita tidak tahu mana yang datang terlebih dahulu jodohkah? atau kematiankah?

So, sahabat surgaku mari terus memantaskan diri jika kita ingin mendapatkan hatinya maka kuasailah Sang Pemilik Hatinya. Allat SWT.

Sumber  :
1. http://www.ikhwancut.com/2015/05/kisah-cinta-salman-al-farisi.html
2. https://biografi-tokoh-ternama.blogspot.co.id/2014/07/kisah-salman-al-farisi.html
3. http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/13/11/11/mw2l18-kisah-cinta-salman-alfarisi
4. Ya Allah, Dia BUKAN Jodohku (Ketika Mencintai Tak Bisa Menikahi). Ahmad Rifa'i Rif'an. Mizania. 2015
5. https://www.youtube.com/watch?v=GDqp9xYBl3o

Friday, March 18, 2016

0 comments
Bismillahirrahmanirrahim,
Kali ini kami akan berbagi kisah tentang orang yang sangat terkenal dilangit tapi tidak terkenal dibumi, siapa dia? disimak yuk kisahnya ^_^

Namanya Uwais Al-Qarni seorang pemuda bermata biru, rambutnya merah, pundaknya lapang panjang, berpenampilan cukup tampan, kulitnya kemerah-merahan, dagunya menempel di dada selalu melihat pada tempat sujudnya, tangan kanannya menumpang pada tangan kirinya, ahli membaca Al-Qur'an dan menangis, pakaiannya hanya dua helai sudah kusut yang satu untuk penutup badan dan yang satunya untuk selendangan, tiada orang yang menghiraukan, tak dikenal oleh penduduk bumi akan tetapi sangat terkenal di langit.

Pemuda dari Yaman ini telah lama menjadi yatim, tak punya sanak famili kecuali hanya ibunya yang telah tua renta dan lumpuh. Hanya penglihatan kabur yang masih tersisa. Untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari, Uwais bekerja sebagai penggembala kambing. Upah yang diterimanya hanya cukup untuk sekadar menopang kesehariannya bersama Sang ibu, bila ada kelebihan, ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti keadaannya.

Kesibukannya sebagai penggembala domba dan merawat ibunya yang lumpuh dan buta, tidak memengaruhi kegigihan ibadahnya, ia tetap melakukan puasa di siang hari dan bermunajat di malam harinya.

Suatu hari ibunya memiliki permintaan untuk pergi haji, "Anakku, mungkin Ibu tak lama lagi akan bersama dengan kamu, ikhtiarkan agar Ibu dapat mengerjakan haji," pinta Ibunya. Uwais tercenung, perjalanan ke Mekkah sangatlah jauh melewati padang pasir tandus yang panas. Orang-orang biasanya menggunakan unta dan membawa banyak perbekalan. Namun Uwais sangat miskin dan tak memiliki kendaraan.

Uwais terus berpikir mencari jalan keluar. Kemudian, dibelilah seeokar anak lembu, Kira-kira untuk apa anak lembu itu? Tidak mungkinkan pergi Haji naik lembu. Ternyata Uwais membuatkan kandang di puncak bukit. Setiap pagi beliau bolak balik menggendong anak lembu itu naik turun bukit. "Uwais gila.. Uwais gila..." kata orang-orang. Yah, kelakuan Uwais memang sungguh aneh.

Tak pernah ada hari yang terlewatkan ia menggendong lembu naik turun bukit. Makin hari anak lembu itu makin besar, dan makin besar tenaga yang diperlukan Uwais. Tetapi karena latihan tiap hari, anak lembu yang membesar itu tak terasa lagi.

Setelah 8 bulan berlalu, sampailah musim Haji. Lembu Uwais telah mencapai 100 kg, begitu juga dengan otot Uwais yang makin membesar. Ia menjadi kuat mengangkat barang. Tahulah sekarang orang-orang apa maksud Uwais menggendong lembu setiap hari. Ternyata ia latihan untuk menggendong Ibunya.

Uwais menggendong ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Mekkah! Subhanallah, alangkah besar cinta Uwais pada ibunya. Ia rela menempuh perjalanan jauh dan sulit, demi memenuhi keinginan ibunya.

Uwais berjalan tegap menggendong ibunya tawaf di Ka'bah. Ibunya terharu dan bercucuran air mata telah melihat Baitullah. Di hadapan Ka'bah, ibu dan anak itu berdoa. "Ya Allah, ampuni semua dosa ibu," kata Uwais. "Bagaimana dengan dosamu?" tanya ibunya heran. Uwais menjawab, "Dengan terampunnya dosa Ibu, maka Ibu akan masuk surga. Cukuplah ridho dari Ibu yang akan membawa aku ke surga."


Uwais al-Qarni telah memeluk Islam pada masa negeri Yaman mendengar seruan Nabi Muhammad SAW.  yang telah mengetuk pintu hati mereka untuk menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang tak ada sekutu bagi-Nya. Islam mendidik setiap pemeluknya agar berakhlak luhur.

Peraturan-peraturan yang terdapat di dalamnya sangat menarik hati Uwais, sehingga setelah seruan Islam datang di negeri Yaman, ia segera memeluknya, karena selama ini hati Uwais selalu merindukan datangnya kebenaran. Banyak tetangganya yang telah memeluk Islam, pergi ke Madinah untuk mendengarkan ajaran Nabi Muhammad SAW. secara langsung. Sekembalinya di Yaman, mereka memperbarui rumah tangga mereka dengan cara kehidupan Islam.

Alangkah sedihnya hati Uwais setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka itu telah "bertamu dan bertemu" dengan kekasih Allah penghulu para Nabi, sedang ia sendiri belum. Kecintaannya kepada Rasulullah menumbuhkan kerinduan yang kuat untuk bertemu dengan sang kekasih, tapi apalah daya ia tak punya bekal.

Hari berganti dan musim berlalu, dan kerinduan yang tak terbendung membuat hasrat untuk bertemu tak dapat dipendam lagi. Uwais merenungkan diri dan bertanya dalam hati, kapankah ia dapat menziarahi Nabinya dan memandang wajah dia dari dekat?
Tapi, bukankah ia mempunyai ibu yang sangat membutuhkan perawatannya dan tak tega ditingalkan sendiri, hatinya selalu gelisah siang dan malam menahan kerinduan untuk berjumpa. Akhirnya, pada suatu hari Uwais mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan memohon izin kepada ibunya agar diperkenankan pergi menziarahi Rasulullah di Madinah. Sang ibu, walaupun telah uzur, merasa terharu ketika mendengar permohonan anaknya.

Dia memaklumi perasaan Uwais, dan berkata, "Pergilah wahai anakku! temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa, segeralah engkau kembali pulang". Dengan rasa gembira ia berkemas untuk berangkat dan tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkan serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi.

Sesudah berpamitan sambil menciumi sang ibu, berangkatlah Uwais menuju Madinah yang berjarak kurang lebih empat ratus kilometer dari Yaman. Medan yang begitu ganas dilaluinya, tak peduli penyamun gurun pasir, bukit yang curam, gurun pasir yang luas yang dapat menyesatkan dan begitu panas di siang hari, serta begitu dingin di malam hari, semuanya dilalui demi bertemu dan dapat memandang sepuas-puasnya paras baginda Rasulullah yang selama ini dirindukannya. Tibalah Uwais al-Qarni di kota Madinah. Segera ia menuju ke rumah Rasulullah, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam. Keluarlah Aisyah r.a sambil menjawab salam Uwais.

Segera saja Uwais menanyakan Nabi yang ingin dijumpainya. Namun ternyata Rasulullah tidak berada di rumah melainkan berada di medan perang. Betapa kecewa hati sang perindu, dari jauh ingin berjumpa tetapi yang dirindukannya tak berada di rumah. Dalam hatinya bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Rasulullah dari medan perang.

Tapi, kapankah dia pulang ? Sedangkan masih terngiang di telinga pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman," Engkau harus lekas pulang".
Karena ketaatan kepada ibunya, pesan ibunya tersebut telah mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Rasulullah. Ia akhirnya dengan terpaksa mohon pamit kepada Aisyah r.a untuk segera pulang ke negerinya. Dia hanya menitipkan salamnya untuk Rasulullah dan melangkah pulang dengan perasaan haru.

Sepulangnya dari perang, Rasulullah langsung menanyakan tentang kedatangan orang yang mencarinya. Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa Uwais al-Qarni adalah anak yang taat kepada ibunya. Ia adalah penghuni langit (sangat terkenal di langit). Mendengar perkataan baginda Rasulullah, Aisyah r.a dan para sahabatnya tertegun. Menurut informasi Aisyah r.a, memang benar ada yang mencari Rasulullah dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama.

Rasulullah bersabda : "Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia (Uwais al-Qarni), perhatikanlah, ia mempunyai tanda putih di tengah-tengah telapak tangannya." Sesudah itu Rasulullah, memandang kepada Ali bin Abi Thalib dan Umar bin Khattab dan bersabda, "Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah do'a dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi".

Tahun terus berjalan, dan tak lama kemudian Rasulullah wafat, hingga kekhalifahan Abu Bakar telah diestafetkan kepada Khalifah Umar bin Khattab. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Rasulullah tentang Uwais al-Qarni, sang penghuni langit. Ia segera mengingatkan kepada Ali untuk mencarinya bersama. Sejak itu, setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, dia berdua selalu menanyakan tentang Uwais al-Qorni, apakah ia turut bersama mereka.

Di antara kafilah-kafilah itu ada yang merasa heran, apakah sebenarnya yang terjadi sampai-sampai ia dicari oleh dia berdua. Rombongan kafilah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka.

Suatu ketika, Uwais al-Qorni turut bersama rombongan kafilah menuju kota Madinah. Melihat ada rombongan kafilah yang datang dari Yaman, segera khalifah Umar bin Khattab dan Imam Ali mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais turut bersama mereka. Rombongan itu mengatakan bahwa ia ada bersama mereka dan sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, dia berdua bergegas pergi menemui Uwais al-Qorni.

Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, Khalifah Umar bin Khattab dan  Ali Bin Abi Thalib memberi salam. Namun rupanya Uwais sedang melaksanakan salat. Setelah mengakhiri salatnya, Uwais menjawab salam kedua tamu agung tersebut sambil bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada di telapak tangan Uwais, sebagaimana pernah disabdakan oleh Rasulullah Memang benar! Dia penghuni langit. Dan ditanya Uwais oleh kedua tamu tersebut, siapakah nama saudara? "Abdullah", jawab Uwais.

Mendengar jawaban itu, kedua sahabatpun tertawa dan mengatakan, "Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya?" Uwais kemudian berkata, "Nama saya Uwais al-Qorni".

Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan  Ali memohon agar Uwais berkenan mendo'akan untuk mereka.

Uwais enggan dan dia berkata kepada khalifah, "Sayalah yang harus meminta do'a kepada kalian". Mendengar perkataan Uwais, Khalifah berkata, "Kami datang ke sini untuk mohon do'a dan istighfar dari anda".

Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais al-Qorni akhirnya mengangkat kedua tangannya, berdo'a dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais, untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menolak dengan halus dengan berkata, "Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi".

Setelah kejadian itu, nama Uwais kembali tenggelam tak terdengar beritanya. Tapi ada seorang lelaki pernah bertemu dan ditolong oleh Uwais, waktu itu kami sedang berada di atas kapal menuju tanah Arab bersama para pedagang, tanpa disangka-sangka angin topan berhembus dengan kencang. Akibatnya hempasan ombak menghantam kapal kami sehingga air laut masuk ke dalam kapal dan menyebabkan kapal semakin berat. Pada saat itu, kami melihat seorang laki-laki yang mengenakan selimut berbulu di pojok kapal yang kami tumpangi, lalu kami memanggilnya. Lelaki itu keluar dari kapal dan melakukan salat di atas air.

Betapa terkejutnya kami melihat kejadian itu. "Wahai waliyullah, tolonglah kami!" tetapi lelaki itu tidak menoleh. Lalu kami berseru lagi, "Demi Zat yang telah memberimu kekuatan beribadah, tolonglah kami!" Lelaki itu menoleh kepada kami dan berkata,

"Apa yang terjadi ?"

"Tidakkah engkau melihat bahwa kapal dihembus angin dan dihantam ombak?" tanya kami.

"Dekatkanlah diri kalian pada Allah!" katanya.

"Kami telah melakukannya."

"Keluarlah kalian dari kapal dengan membaca bismillahirrohmaani rrohiim!"

Kami pun keluar dari kapal satu persatu dan berkumpul di dekat itu. Pada saat itu jumlah kami lima ratus jiwa lebih. Sungguh ajaib, kami semua tidak tenggelam, sedangkan perahu kami berikut isinya tenggelam ke dasar laut.

Lalu orang itu berkata pada kami ,"Tak apalah harta kalian menjadi korban asalkan kalian semua selamat". "Demi Allah, kami ingin tahu, siapakah nama Tuan ? "Tanya kami.

"Uwais al-Qorni". Jawabnya dengan singkat.

Kemudian kami berkata lagi kepadanya, "Sesungguhnya harta yang ada dikapal tersebut adalah milik orang-orang fakir di Madinah yang dikirim oleh orang Mesir."

"Jika Allah mengembalikan harta kalian. Apakah kalian akan membagi-bagikannya kepada orang-orang fakir di Madinah?" tanyanya.

"Ya, "jawab kami. Orang itu pun melaksanakan salat dua rakaat di atas air, lalu berdo'a. Setelah Uwais al-Qorni mengucap salam, tiba-tiba kapal itu muncul ke permukaan air, lalu kami menumpanginya dan meneruskan perjalanan. Setibanya di Madinah, kami membagi-bagikan seluruh harta kepada orang-orang fakir di Madinah, tidak satupun yang tertinggal.

Beberapa tahun kemudian, Uwais Al-Qarni meninggal dunia. Anehnya, pada saat akan dimandikan, tiba-tiba sudah banyak orang yang berebut untuk memandikan. Saat mau dikafani, di sana pun sudah banyak orang-orang yang menunggu untuk mengafaninya. Saat mau dikubur, sudah banyak orang yang siap menggali kuburannya. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusung jenazahnya. Penduduk Kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, “Siapakah sebenarnya Uwais Al-Qarni itu? Bukankah Uwais yang kita kenal hanyalah seorang fakir, yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya sehari-hari pekerjannya hanya sebagai penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang diturunkan ke bumi oleh Allah Swt., hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamanmu.” Berita meninggalnya Uwais Al-Qarni dan keanehan-keanehan yang terjadi saat wafatnya telah tersebar ke mana-mana. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni. Selama ini tidak ada orang yang mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni, hal itu disebabkan oleh permintaan Uwais Al-Qarni sendiri kepada Khalifah Umar ra. dan Ali ra. agar merahasiakan tentang dia. Barulah di hari wafatnya penduduk Yaman mendengar sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi saw., bahwa Uwais Al-Qarni adalah penghuni langit.

Sumber: http://kisahimuslim.blogspot.co.id/2014/08/kisah-uwais-al-qarni-hikmah-taat-kepada.html
Beberapa tahun kemudian, Uwais Al-Qarni meninggal dunia. Anehnya, pada saat akan dimandikan, tiba-tiba sudah banyak orang yang berebut untuk memandikan. Saat mau dikafani, di sana pun sudah banyak orang-orang yang menunggu untuk mengafaninya. Saat mau dikubur, sudah banyak orang yang siap menggali kuburannya. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusung jenazahnya. Penduduk Kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, “Siapakah sebenarnya Uwais Al-Qarni itu? Bukankah Uwais yang kita kenal hanyalah seorang fakir, yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya sehari-hari pekerjannya hanya sebagai penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang diturunkan ke bumi oleh Allah Swt., hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamanmu.” Berita meninggalnya Uwais Al-Qarni dan keanehan-keanehan yang terjadi saat wafatnya telah tersebar ke mana-mana. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni. Selama ini tidak ada orang yang mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni, hal itu disebabkan oleh permintaan Uwais Al-Qarni sendiri kepada Khalifah Umar ra. dan Ali ra. agar merahasiakan tentang dia. Barulah di hari wafatnya penduduk Yaman mendengar sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi saw., bahwa Uwais Al-Qarni adalah penghuni langit.

Sumber: http://kisahimuslim.blogspot.co.id/2014/08/kisah-uwais-al-qarni-hikmah-taat-kepada.html
Beberapa tahun kemudian, Uwais Al-Qarni meninggal dunia. Anehnya, pada saat akan dimandikan, tiba-tiba sudah banyak orang yang berebut untuk memandikan. Saat mau dikafani, di sana pun sudah banyak orang-orang yang menunggu untuk mengafaninya. Saat mau dikubur, sudah banyak orang yang siap menggali kuburannya. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusung jenazahnya. Penduduk Kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, “Siapakah sebenarnya Uwais Al-Qarni itu? Bukankah Uwais yang kita kenal hanyalah seorang fakir, yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya sehari-hari pekerjannya hanya sebagai penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang diturunkan ke bumi oleh Allah Swt., hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamanmu.” Berita meninggalnya Uwais Al-Qarni dan keanehan-keanehan yang terjadi saat wafatnya telah tersebar ke mana-mana. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni. Selama ini tidak ada orang yang mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni, hal itu disebabkan oleh permintaan Uwais Al-Qarni sendiri kepada Khalifah Umar ra. dan Ali ra. agar merahasiakan tentang dia. Barulah di hari wafatnya penduduk Yaman mendengar sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi saw., bahwa Uwais Al-Qarni adalah penghuni langit.

Sumber: http://kisahimuslim.blogspot.co.id/2014/08/kisah-uwais-al-qarni-hikmah-taat-kepada.html
 Beberapa tahun kemudian, Uwais Al-Qarni meninggal dunia.  Anehnya, pada saat dia akan dimandikan tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburnya. Di sana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya.

Beberapa tahun kemudian, Uwais Al-Qarni meninggal dunia. Anehnya, pada saat akan dimandikan, tiba-tiba sudah banyak orang yang berebut untuk memandikan. Saat mau dikafani, di sana pun sudah banyak orang-orang yang menunggu untuk mengafaninya. Saat mau dikubur, sudah banyak orang yang siap menggali kuburannya. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusung jenazahnya. Penduduk Kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, “Siapakah sebenarnya Uwais Al-Qarni itu? Bukankah Uwais yang kita kenal hanyalah seorang fakir, yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya sehari-hari pekerjannya hanya sebagai penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang diturunkan ke bumi oleh Allah Swt., hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamanmu.” Berita meninggalnya Uwais Al-Qarni dan keanehan-keanehan yang terjadi saat wafatnya telah tersebar ke mana-mana. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni. Selama ini tidak ada orang yang mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni, hal itu disebabkan oleh permintaan Uwais Al-Qarni sendiri kepada Khalifah Umar ra. dan Ali ra. agar merahasiakan tentang dia. Barulah di hari wafatnya penduduk Yaman mendengar sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi saw., bahwa Uwais Al-Qarni adalah penghuni langit.

Sumber: http://kisahimuslim.blogspot.co.id/2014/08/kisah-uwais-al-qarni-hikmah-taat-kepada.html

Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, "Siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais al-Qorni? Bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya hanyalah sebagai penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau telah menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang di turunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamannya. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya siapa "Uwais al-Qarni" ternyata ia tak terkenal di bumi tapi terkenal di langit.

Sesungguhnya tabi’in yang terbaik adalah seorang pria yang bernama . Uwais. Ia memiliki seorang ibu dan dulunya berpenyakit kulit (tubuhnya ada putih-putih). Perintahkanlah padanya untuk meminta ampun untuk kalian.” (HR. Muslim no. 2542).

Sumber :
1. https://id.wikipedia.org/wiki/Uwais_al-Qarny
2. http://kisahzahra.blogspot.co.id/2013/03/uwais-al-qarni-menggendong-ibunya-naik.html
3. http://kisahimuslim.blogspot.co.id/2014/08/kisah-uwais-al-qarni-hikmah-taat-kepada.html
4. http://www.anaksaleh.com/kisah-islami/cerita-sahabat/54-kisah-uwais-al-qarni-sang-penghuni-langit.html
5. https://rumaysho.com/10538-kisah-uwais-al-qarni-dan-baktinya-pada-orang-tua.html







Monday, March 7, 2016

1 comments
Assalamualaikum Ukhti wa Akhi fillah semoga hari ini masih dalam nikmat yang luar biasa tak terhitung yang Allah beri yaa :-) Hamasah Islam emang ngeksis banget kan buktinya kali ini kami mau ngepromoin proker kami yang nggak kalah kece dari proker lainnya, yaapp... SILSEVEN PRODI.

Proker ini ada dibawah naungan Departemen Eksternal Hamasah Islam, yang bertujuan untuk memperat tali silaturahmi antar LDK Jurusan yang dinaungi Hamasah Islam. Event ini mungkin seperti lebarannya LDK-LDK di Poltkkes Bandung karena disini kita dapat berkumpul dengan saudara-saudara kita yang ada dijurusan yang berbeda dengan kampus yang lokasinya berbeda pula. Melepas rindu dengan saudara lama dan bersua dengan saudara baru. Indah bukan?

Rasulullah bersabda : "Maukah kalian aku tunjukkan amal yang lebih besar pahalanya daripada salat dan saum?” Sahabat menjawab, “Tentu saja!” Rasulullah pun kemudian menjelaskan, “Engkau damaikan yang bertengkar, menyambungkan persaudaraan yang terputus, mempertemukan kembali saudara-saudara yang terpisah, menjembatani berbagai kelompok dalam Islam, dan mengukuhkan ukhuwah di antara mereka, (semua itu) adalah amal saleh yang besar pahalanya. Barangsiapa yang ingin dipanjangkan usianya dan dibanyakkan rezekinya, hendaklah ia menyambungkan tali persaudaraan” (H.R. Bukhari-Muslim) 

Iya, karena dengan menyambung silaturahmi bukan saja rezeki kita terbuka lebar namun berkah dari pertemuan dengan orang-orang yang sama-sama berjuang dijalan Allah hingga bukan saja hidayah, inspirasi, dan motivasi baru yang didapat tetapi semangat untuk istiqomah dan kebaikan lainnya.

So, masih pingin malesa-malesan dikosan atau santai-santai dirumah dari pada ikut acara kece kayak gini? Waaaaahhhh. bakal nyesel banget dong yaa yang lain ketemu saudaranya ko ini ngerem diri dikosan atau dirumah yang belum tentu dapet berkah hihi 

Makanya yuuk hadir diacara SILSEVEN PRODI, hari Minggu, 13 Maret 2016 di Aula Keperawatan Poltekkes Bandung Jam 08.00 s.d Selesai. Kami tunggu kedatangannya yaa ^_^

Salam Ukhuwah dari kami, Hamasah Islam Poltekkes Bandung  

Sunday, March 6, 2016

0 comments
Bismillahirrahmanirrahim, sahabat surga sekalian kali ini kami akan membahas kisah tentang seorang wanita bernama Hindun Binti 'Utbah atau orang - orang mengenalnya Sang Pemakan Hati, siapa dia? lalu apa hubungannya dengan tema hidayah kali ini? Disimak yuu ceritanya :-)

Hindun binti ‘Utbah (هند بنت عتبة) adalah istri dari Abu Sufyan bin Harb, seorang pria yang sangat berpengaruh di Mekkah. Dia ibu dari Muawiyah I, pendiri dinasti Umayyah dan Ramlah binti Abu Sufyan adalah salah satu dari istri Nabi Muhammad SAW. Hindun binti Utbah juga merupakan putri tokoh Quraisy yang sangat keras permusuhan kepada Islam, yakni Utbah bin Rabiah. Kisahnya yang paling terkenal adalah saat dia menjadi dalang dibalik pembunuhan paman Rasulullah SAW, Hamzah Bin Abdul Muthalib yang dijuluki sebagai "Singa Allah" karena kehebatannya dalam berperang dan tak pernah terkalahkan.

Dendam Hindun terhadap Hamzah Bin Abdul Muthalib terjadi saat Perang Badar dimana Saudaranya terdekatnya Syaibah bin Rabi’ah dan Walid bin Utbah dan Ayahnya 'Utbah Bin Rabiah tewas ditangan Hamzah Bin Abdul Muthalib. Maka saat perang Uhud tiba, Hindun mengutus budak yang bernama Wahsy untuk membunuh paman Rasulullah tersebut dengan mengiming-imingi apabila Wahsy berhasil membunuh Hamzah Bin Abdul Muthalib ia akan memerdekakannya.

Pagi itu saat perang Uhud dimulai Wahsy telah bersiap bersembunyi dibalik batu untuk menjalankan aksinya membunuh Hamzah Bin Abdul Muthalib, dan ia berhasil pada perang Uhud itu kaum muslimin mengalami kekalahan dan Hamzah Bin Abdul Muthalib menjadi syahid. Setelah perang Uhud berakhir Hindun dan wanita kaum musyrikin lainnya menghitung jumlah orang yang tewas pada kaum muslimin, mereka mengambil telinga dan hidung para syuhada tersebut untuk dijadikan gelang kaki dan kalung. Sedangkan pada mayat Hamzah Bin Abdul Muthalib, Hindun bukan saja memotong mata dan telinga Hamzah Bin Abdul Muthalib tetapi hampir semua anggota tubuhnya termasuk juga hati dari Hamzah Bin Abdul Muthalib yang ia makan namun ia mampu untuk menelannya sehingga setelah hati Hamzah Bin Abdul Muthalib dikunyah kemudian Hindun memuntahkannya. Saat Rasulullah datang untuk melihat syuhada kaum muslimin hampir-hampir Rasulullah sampai tidak mengenali jenazah sang paman tercinta karena saking hancurnya.

Dalam suatu riwayat Rasulullah karena saking marahnya melihat jenazah pamanya yang diperlakukan diluar batas kemanusiaan, beliau sampai berkata : "…sungguh, akan aku perbuat terhadap tujuh puluh (dalam riwayat lain tiga puluh) orang lelaki dari mereka, sebagaimana yang diperbuat terhadap dirimu…!!" Tetapi seketika itu Malaikat Jibril turun membawa wahyu Allah, Surat an Nahl ayat  125-128 sebagai teguran atas sikap Nabi SAW tersebut, dan beliau pun membatalkan rencana seperti itu.

Lantas bagaimana sikap Hindun setelah menghancurkan jenazah sang paman Rasulullah tercinta, ia tertawa terbahak-bahak dan membawa beberapa bagian tubuh Hamzah yang telah ia potong-potong itu kepada kaum musyrikin dengan bangga.

Namun hal ini tak lantas menjadikan Hindun Binti 'Utbah bersama suaminya Abu Sufyan dan budaknya Wahsyi mati dalam keaadaan kafir. Allah berkenan memberikan hidayah-Nya kepada tiga orang tersebut ketika terjadinya Fathul Makkah atau yang dikenal dengan penaklukan Kota Mekkah.

Malam hari pada hari terjadinya Fathul Makkah, Hindun berkata kepada suaminya, Abu Sufyan bin Harb, "Sesungguhnya aku mau berba'iat kepada Rasulullah SAW."
"Aku melihat kamu ini masih kufur!" Kata suaminya, yang telah memeluk Islam beberapa waktu sebelum Nabi SAW tiba di Makkah, yakni dalam perjalanan dari Madinah ke Makkah. Hindun berkata, "Demi Allah! Demi Allah! Tidak pernah aku melihat sebelum ini, Allah disembah dengan sebenar-benarnya, sebagaimana telah dilakukan oleh Muhammad dan sahabat-sahabatnya di masjid ini (Masjidil Haram) pada malam  hari ini. Tidaklah mereka menghabiskan malam, kecuali dengan ruku, sujud dan thawaf hingga subuh." Abu Sufyan bertanya, "Apakah kamu melihat semua ini dari Allah?" "Ya, ini memang dari Allah!!" Kata Hindun dengan tegas.

Keesokan harinya Hindun datang kepada Rasulullah SAW dengan saudaranya, Fathimah binti Utbah untuk memeluk Islam. Mereka diantar oleh saudaranya yang telah memeluk Islam sejak masa-masa awal, yakni Abu Hudzaifah bin Utbah. Riwayat lain menyebutkan bahwa Hindun datang bersama beberapa orang wanita Quraisy lainnya dengan diantar Utsman bin Affan, yang memang masih kerabat dekatnya.

Hindun datang menghadap dengan memakai cadar. Ia tidak ingin langsung dikenali, bagaimanapun ada perasaan malu dan bersalah kepada Nabi SAW karena tindakannya yang keterlaluan terhadap jenazah Hamzah pada waktu Perang Uhud, tindakan yang didorong oleh perasaan dendam jahiliah semata. Setelah tiba di hadapan Nabi SAW, ia berkata, "Wahai Rasulullah, segala puji bagi Allah yang telah memenangkan agama yang telah dipilih-Nya sendiri. Semoga aku memperoleh manfaat dari kasih sayangmu, sesungguhnya aku adalah wanita yang telah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya…"

Sesaat ia berhenti bicara untuk membuka cadar yang menutupi wajahnya, kemudian berkata lagi, "Wahai Rasulullah, saya adalah Hindun binti Utbah…!!" Tentu saja Nabi SAW tidak mungkin tidak mengenal Hindun, dan tidak mungkin pula beliau lupa akan apa  yang terjadi pada jenazah Hamzah di Perang Uhud. Tetapi beliau bukanlah sosok pendendam, sosok yang mudah memvonis seseorang dengan neraka atau dosa yang tidak terampunkan. Sebaliknya, beliau adalah pribadi yang pemaaf, penuh kasih sayang, bahkan terhadap orang-orang yang pernah menyiksa dan memperolok-olokkan beliau seperti yang terjadi pada peristiwa Thaif. Memang sangat tepat kalau beliau diutus sebagai rahmatan lil 'alamin, sebagai rahmat bagi seluruh alam.

Melihat "strategi" yang dijalankan Hindun tersebut, Nabi SAW hanya tersenyum kemudian bersabda, "Selamat datang untukmu…!!" Hindun amat gembira dengan sambutan Nabi SAW, seolah-olah tidak pernah suatu peristiwa yang mengganjal di antara mereka di masa lalu. Akhirnya ia berkata, "Sungguh, dahulu tidak ada penghuni rumah di muka bumi yang ingin kuhinakan selain penghuni rumahmu, tetapi sekarang ini tidak ada penghuni rumah di muka bumi yang lebih aku sukai untuk dimuliakan selain penghuni rumahmu…!!"

Nabi SAW amat senang dengan sanjungan yang diberikan Hindun, kemudian beliau memba'iatnya, berikut wanita-wanita Quraisy yang menyertainya, dengan tuntunan yang ada pada Surat al Mumtahanah ayat 12. Hindun sempat menyela pembicaraan beliau, "Wahai Rasullullah, apakah kami tidak perlu berjabat tangan denganmu (dalam ba'iat ini, sebagaimana kalau beliau memba'iat kaum lelaki...)?" Beliau bersabda, "Sesungguhnya aku tidak berjabat tangan dengan wanita, sesungguhnya perkataanku kepada seratus wanita sama seperti perkataanku kepada seorang wanita (dalam memba'iat ini)…." Kemudian beliau meneruskan proses ba'iat bagi Hindun dan wanita-wanita Quraisy tersebut.

Nah bagaimana kisahnya sahabat luar biasa bukan? yang bisa kita ambil dari kisah ini adalah bahwa hidayah sejati hadir pada setiap jiwa yang Allah kehendaki, memaafkan sepahit apapun itu yang dilakukan orang lain pada kita itulah yang akhirnya menaikkan derajat kita disisi Allah dan yang paling penting apapun kesalahan kita harus cepat-cepat meminta ampun pada Allah dan bertaubat, karena Allah sangat mencintai orang-orang yang bertaubat.

Sampai bertemu dikisah teladan berikutnya yaa, Salam Ukhuwah dari kami Hamasah Islam Poltekkes Bandung

Sumber :
1. http://percikkisahsahabat.blogspot.co.id/2014/10/hindun-binti-utbah-ra.html
2. https://id.wikipedia.org/wiki/Hindun_binti_Utbah
3. https://biografi-tokoh-ternama.blogspot.co.id/2014/09/artikel-hindun-binti-utbah-wanita-pejuang-perang-yarmuk.html
4. http://mmuchlismuhsinamin.blogspot.co.id/2013/04/kisah-sahabat-wanita-rasulullah-pemakan_17.html