Bismillahirrahmanirrahim,
Kali ini kami akan berbagi kisah tentang orang yang sangat terkenal dilangit tapi tidak terkenal dibumi, siapa dia? disimak yuk kisahnya ^_^
Namanya Uwais Al-Qarni seorang pemuda bermata biru, rambutnya merah, pundaknya lapang
panjang, berpenampilan cukup tampan, kulitnya kemerah-merahan, dagunya
menempel di dada selalu melihat pada tempat sujudnya, tangan kanannya
menumpang pada tangan kirinya, ahli membaca
Al-Qur'an
dan menangis, pakaiannya hanya dua helai sudah kusut yang satu untuk
penutup badan dan yang satunya untuk selendangan, tiada orang yang
menghiraukan, tak dikenal oleh penduduk bumi akan tetapi sangat terkenal
di langit.
Pemuda dari Yaman ini telah lama menjadi yatim, tak punya sanak famili
kecuali hanya ibunya yang telah tua renta dan lumpuh. Hanya penglihatan
kabur yang masih tersisa. Untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari,
Uwais bekerja sebagai penggembala kambing. Upah yang diterimanya hanya
cukup untuk sekadar menopang kesehariannya bersama Sang ibu, bila ada
kelebihan, ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin
dan serba kekurangan seperti keadaannya.
Kesibukannya sebagai penggembala domba dan merawat ibunya yang lumpuh dan buta, tidak memengaruhi kegigihan ibadahnya, ia tetap melakukan puasa di siang hari dan bermunajat di malam harinya.
Suatu hari ibunya memiliki permintaan untuk pergi haji, "Anakku, mungkin Ibu tak lama lagi akan bersama dengan kamu, ikhtiarkan
agar Ibu dapat mengerjakan haji," pinta Ibunya. Uwais tercenung,
perjalanan ke Mekkah sangatlah jauh melewati padang pasir tandus yang
panas. Orang-orang biasanya menggunakan unta dan membawa banyak
perbekalan. Namun Uwais sangat miskin dan tak memiliki kendaraan.
Uwais terus berpikir mencari jalan keluar. Kemudian, dibelilah seeokar
anak lembu, Kira-kira untuk apa anak lembu itu? Tidak mungkinkan pergi
Haji naik lembu. Ternyata Uwais membuatkan kandang di puncak
bukit. Setiap pagi beliau bolak balik menggendong anak lembu itu naik
turun bukit. "Uwais gila.. Uwais gila..." kata orang-orang. Yah,
kelakuan Uwais memang sungguh aneh.
Tak pernah ada hari yang terlewatkan ia menggendong lembu naik turun
bukit. Makin hari anak lembu itu makin besar, dan makin besar tenaga
yang diperlukan Uwais. Tetapi karena latihan tiap hari, anak lembu yang
membesar itu tak terasa lagi.
Setelah 8 bulan berlalu, sampailah musim Haji. Lembu Uwais telah
mencapai 100 kg, begitu juga dengan otot Uwais yang makin membesar. Ia
menjadi kuat mengangkat barang. Tahulah sekarang orang-orang apa maksud
Uwais menggendong lembu setiap hari. Ternyata ia latihan untuk
menggendong Ibunya.
Uwais menggendong ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Mekkah!
Subhanallah, alangkah besar cinta Uwais pada ibunya. Ia rela menempuh
perjalanan jauh dan sulit, demi memenuhi keinginan ibunya.
Uwais berjalan tegap menggendong ibunya tawaf di Ka'bah. Ibunya terharu
dan bercucuran air mata telah melihat Baitullah. Di hadapan Ka'bah, ibu
dan anak itu berdoa. "Ya Allah, ampuni semua dosa ibu," kata Uwais.
"Bagaimana dengan dosamu?" tanya ibunya heran. Uwais menjawab, "Dengan
terampunnya dosa Ibu, maka Ibu akan masuk surga. Cukuplah ridho dari Ibu
yang akan membawa aku ke surga."
Uwais al-Qarni telah memeluk Islam
pada masa negeri Yaman mendengar seruan Nabi Muhammad SAW. yang telah
mengetuk pintu hati mereka untuk menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa,
yang tak ada sekutu bagi-Nya. Islam mendidik setiap pemeluknya agar
berakhlak luhur.
Peraturan-peraturan yang terdapat di dalamnya sangat menarik hati
Uwais, sehingga setelah seruan Islam datang di negeri Yaman, ia segera
memeluknya, karena selama ini hati Uwais selalu merindukan datangnya
kebenaran. Banyak tetangganya yang telah memeluk Islam, pergi ke Madinah
untuk mendengarkan ajaran Nabi Muhammad SAW. secara langsung. Sekembalinya
di Yaman, mereka memperbarui rumah tangga mereka dengan cara kehidupan
Islam.
Alangkah sedihnya hati Uwais setiap melihat tetangganya yang baru
datang dari Madinah. Mereka itu telah "bertamu dan bertemu" dengan
kekasih Allah penghulu para Nabi, sedang ia sendiri belum. Kecintaannya
kepada Rasulullah menumbuhkan kerinduan yang kuat untuk bertemu dengan
sang kekasih, tapi apalah daya ia tak punya bekal.
Hari berganti dan musim berlalu, dan kerinduan yang tak terbendung
membuat hasrat untuk bertemu tak dapat dipendam lagi. Uwais merenungkan
diri dan bertanya dalam hati, kapankah ia dapat menziarahi Nabinya dan
memandang wajah dia dari dekat?
Tapi, bukankah ia mempunyai ibu yang sangat membutuhkan perawatannya
dan tak tega ditingalkan sendiri, hatinya selalu gelisah siang dan malam
menahan kerinduan untuk berjumpa. Akhirnya, pada suatu hari Uwais
mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan memohon izin kepada
ibunya agar diperkenankan pergi menziarahi Rasulullah di Madinah. Sang ibu,
walaupun telah uzur, merasa terharu ketika mendengar permohonan anaknya.
Dia memaklumi perasaan Uwais, dan berkata, "Pergilah wahai anakku!
temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa, segeralah engkau
kembali pulang". Dengan rasa gembira ia berkemas untuk berangkat dan tak
lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkan serta berpesan
kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi.
Sesudah berpamitan sambil menciumi sang ibu, berangkatlah Uwais
menuju Madinah yang berjarak kurang lebih empat ratus kilometer dari
Yaman. Medan yang begitu ganas dilaluinya, tak peduli penyamun gurun
pasir, bukit yang curam, gurun pasir yang luas yang dapat menyesatkan
dan begitu panas di siang hari, serta begitu dingin di malam hari,
semuanya dilalui demi bertemu dan dapat memandang sepuas-puasnya paras
baginda Rasulullah yang selama ini dirindukannya. Tibalah Uwais al-Qarni di
kota Madinah. Segera ia menuju ke rumah Rasulullah, diketuknya pintu rumah
itu sambil mengucapkan salam. Keluarlah Aisyah r.a sambil menjawab salam Uwais.
Segera saja Uwais menanyakan Nabi yang ingin dijumpainya. Namun
ternyata Rasulullah tidak berada di rumah melainkan berada di medan perang.
Betapa kecewa hati sang perindu, dari jauh ingin berjumpa tetapi yang
dirindukannya tak berada di rumah. Dalam hatinya bergolak perasaan ingin
menunggu kedatangan Rasulullah dari medan perang.
Tapi, kapankah dia pulang ? Sedangkan masih terngiang di telinga
pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang
ke Yaman," Engkau harus lekas pulang".
Karena ketaatan kepada ibunya, pesan ibunya tersebut telah
mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Rasulullah. Ia akhirnya dengan terpaksa mohon pamit kepada Aisyah r.a untuk segera pulang ke negerinya. Dia hanya
menitipkan salamnya untuk Rasulullah dan melangkah pulang dengan perasaan haru.
Sepulangnya dari perang, Rasulullah langsung menanyakan tentang
kedatangan orang yang mencarinya. Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa
Uwais al-Qarni adalah anak yang taat kepada ibunya. Ia adalah penghuni
langit (sangat terkenal di langit). Mendengar perkataan baginda
Rasulullah, Aisyah r.a dan para sahabatnya tertegun.
Menurut informasi Aisyah r.a, memang benar ada
yang mencari Rasulullah dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya
sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya
terlalu lama.
Rasulullah bersabda : "Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia
(Uwais al-Qarni), perhatikanlah, ia mempunyai tanda putih di
tengah-tengah telapak tangannya." Sesudah itu Rasulullah, memandang kepada Ali bin Abi Thalib dan Umar bin Khattab dan bersabda, "Suatu
ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah do'a dan
istighfarnya, dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi".
Tahun terus berjalan, dan tak lama kemudian Rasulullah wafat, hingga kekhalifahan Abu Bakar telah diestafetkan kepada Khalifah Umar bin Khattab.
Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Rasulullah tentang Uwais
al-Qarni, sang penghuni langit. Ia segera mengingatkan kepada Ali
untuk mencarinya bersama. Sejak itu, setiap ada kafilah yang datang
dari Yaman, dia berdua selalu menanyakan tentang Uwais al-Qorni, apakah
ia turut bersama mereka.
Di antara kafilah-kafilah itu ada yang merasa heran, apakah
sebenarnya yang terjadi sampai-sampai ia dicari oleh dia berdua.
Rombongan kafilah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka.
Suatu ketika, Uwais al-Qorni turut bersama rombongan kafilah menuju
kota Madinah. Melihat ada rombongan kafilah yang datang dari Yaman,
segera khalifah Umar bin Khattab dan Imam Ali mendatangi mereka dan
menanyakan apakah Uwais turut bersama mereka. Rombongan itu mengatakan
bahwa ia ada bersama mereka dan sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, dia berdua bergegas pergi menemui Uwais al-Qorni.
Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, Khalifah Umar bin Khattab
dan Ali Bin Abi Thalib memberi salam. Namun rupanya Uwais sedang melaksanakan
salat. Setelah mengakhiri salatnya, Uwais menjawab salam kedua tamu
agung tersebut sambil bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar
segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih
yang berada di telapak tangan Uwais, sebagaimana pernah disabdakan oleh Rasulullah Memang benar! Dia penghuni langit. Dan ditanya Uwais oleh kedua
tamu tersebut, siapakah nama saudara? "Abdullah", jawab Uwais.
Mendengar jawaban itu, kedua sahabatpun tertawa dan mengatakan, "Kami
juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang
sebenarnya?" Uwais kemudian berkata, "Nama saya Uwais al-Qorni".
Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais telah
meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan
kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali memohon
agar Uwais berkenan mendo'akan untuk mereka.
Uwais enggan dan dia berkata kepada khalifah, "Sayalah yang harus
meminta do'a kepada kalian". Mendengar perkataan Uwais, Khalifah
berkata, "Kami datang ke sini untuk mohon do'a dan istighfar dari anda".
Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais al-Qorni akhirnya mengangkat
kedua tangannya, berdo'a dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah
Umar berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada
Uwais, untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menolak dengan halus
dengan berkata, "Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang.
Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak
diketahui orang lagi".
Setelah kejadian itu, nama Uwais kembali tenggelam tak terdengar
beritanya. Tapi ada seorang lelaki pernah bertemu dan ditolong oleh
Uwais, waktu itu kami sedang berada di atas kapal menuju tanah Arab
bersama para pedagang, tanpa disangka-sangka angin topan berhembus
dengan kencang. Akibatnya hempasan ombak menghantam kapal kami sehingga
air laut masuk ke dalam kapal dan menyebabkan kapal semakin berat. Pada
saat itu, kami melihat seorang laki-laki yang mengenakan selimut berbulu
di pojok kapal yang kami tumpangi, lalu kami memanggilnya. Lelaki itu
keluar dari kapal dan melakukan salat di atas air.
Betapa terkejutnya kami melihat kejadian itu. "Wahai waliyullah,
tolonglah kami!" tetapi lelaki itu tidak menoleh. Lalu kami berseru
lagi, "Demi Zat yang telah memberimu kekuatan beribadah, tolonglah
kami!" Lelaki itu menoleh kepada kami dan berkata,
"Apa yang terjadi ?"
"Tidakkah engkau melihat bahwa kapal dihembus angin dan dihantam ombak?" tanya kami.
"Dekatkanlah diri kalian pada Allah!" katanya.
"Kami telah melakukannya."
"Keluarlah kalian dari kapal dengan membaca bismillahirrohmaani rrohiim!"
Kami pun keluar dari kapal satu persatu dan berkumpul di dekat itu.
Pada saat itu jumlah kami lima ratus jiwa lebih. Sungguh ajaib, kami
semua tidak tenggelam, sedangkan perahu kami berikut isinya tenggelam ke
dasar laut.
Lalu orang itu berkata pada kami ,"Tak apalah harta kalian menjadi
korban asalkan kalian semua selamat". "Demi Allah, kami ingin tahu,
siapakah nama Tuan ? "Tanya kami.
"Uwais al-Qorni". Jawabnya dengan singkat.
Kemudian kami berkata lagi kepadanya, "Sesungguhnya harta yang ada
dikapal tersebut adalah milik orang-orang fakir di Madinah yang dikirim
oleh orang Mesir."
"Jika Allah mengembalikan harta kalian. Apakah kalian akan membagi-bagikannya kepada orang-orang fakir di Madinah?" tanyanya.
"Ya, "jawab kami. Orang itu pun melaksanakan salat dua rakaat di atas
air, lalu berdo'a. Setelah Uwais al-Qorni mengucap salam, tiba-tiba
kapal itu muncul ke permukaan air, lalu kami menumpanginya dan
meneruskan perjalanan. Setibanya di Madinah, kami membagi-bagikan
seluruh harta kepada orang-orang fakir di Madinah, tidak satupun yang
tertinggal.
Beberapa tahun
kemudian, Uwais Al-Qarni meninggal dunia. Anehnya, pada saat akan
dimandikan, tiba-tiba sudah banyak orang yang berebut untuk memandikan.
Saat mau dikafani, di sana pun sudah banyak orang-orang yang menunggu
untuk mengafaninya. Saat mau dikubur, sudah banyak orang yang siap
menggali kuburannya. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar
biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusung jenazahnya.
Penduduk Kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, “Siapakah
sebenarnya Uwais Al-Qarni itu? Bukankah Uwais yang kita kenal hanyalah
seorang fakir, yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya sehari-hari
pekerjannya hanya sebagai penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari
wafatmu, engkau menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya
manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam
jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang
diturunkan ke bumi oleh Allah Swt., hanya untuk mengurus jenazah dan
pemakamanmu.”
Berita meninggalnya Uwais Al-Qarni dan keanehan-keanehan yang terjadi
saat wafatnya telah tersebar ke mana-mana. Baru saat itulah penduduk
Yaman mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni. Selama ini tidak ada
orang yang mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni, hal itu
disebabkan oleh permintaan Uwais Al-Qarni sendiri kepada Khalifah Umar
ra. dan Ali ra. agar merahasiakan tentang dia. Barulah di hari wafatnya
penduduk Yaman mendengar sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi
saw., bahwa Uwais Al-Qarni adalah penghuni langit.
Sumber:
http://kisahimuslim.blogspot.co.id/2014/08/kisah-uwais-al-qarni-hikmah-taat-kepada.html
Beberapa tahun
kemudian, Uwais Al-Qarni meninggal dunia. Anehnya, pada saat akan
dimandikan, tiba-tiba sudah banyak orang yang berebut untuk memandikan.
Saat mau dikafani, di sana pun sudah banyak orang-orang yang menunggu
untuk mengafaninya. Saat mau dikubur, sudah banyak orang yang siap
menggali kuburannya. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar
biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusung jenazahnya.
Penduduk Kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, “Siapakah
sebenarnya Uwais Al-Qarni itu? Bukankah Uwais yang kita kenal hanyalah
seorang fakir, yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya sehari-hari
pekerjannya hanya sebagai penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari
wafatmu, engkau menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya
manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam
jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang
diturunkan ke bumi oleh Allah Swt., hanya untuk mengurus jenazah dan
pemakamanmu.”
Berita meninggalnya Uwais Al-Qarni dan keanehan-keanehan yang terjadi
saat wafatnya telah tersebar ke mana-mana. Baru saat itulah penduduk
Yaman mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni. Selama ini tidak ada
orang yang mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni, hal itu
disebabkan oleh permintaan Uwais Al-Qarni sendiri kepada Khalifah Umar
ra. dan Ali ra. agar merahasiakan tentang dia. Barulah di hari wafatnya
penduduk Yaman mendengar sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi
saw., bahwa Uwais Al-Qarni adalah penghuni langit.
Sumber:
http://kisahimuslim.blogspot.co.id/2014/08/kisah-uwais-al-qarni-hikmah-taat-kepada.html
Beberapa tahun
kemudian, Uwais Al-Qarni meninggal dunia. Anehnya, pada saat akan
dimandikan, tiba-tiba sudah banyak orang yang berebut untuk memandikan.
Saat mau dikafani, di sana pun sudah banyak orang-orang yang menunggu
untuk mengafaninya. Saat mau dikubur, sudah banyak orang yang siap
menggali kuburannya. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar
biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusung jenazahnya.
Penduduk Kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, “Siapakah
sebenarnya Uwais Al-Qarni itu? Bukankah Uwais yang kita kenal hanyalah
seorang fakir, yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya sehari-hari
pekerjannya hanya sebagai penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari
wafatmu, engkau menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya
manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam
jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang
diturunkan ke bumi oleh Allah Swt., hanya untuk mengurus jenazah dan
pemakamanmu.”
Berita meninggalnya Uwais Al-Qarni dan keanehan-keanehan yang terjadi
saat wafatnya telah tersebar ke mana-mana. Baru saat itulah penduduk
Yaman mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni. Selama ini tidak ada
orang yang mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni, hal itu
disebabkan oleh permintaan Uwais Al-Qarni sendiri kepada Khalifah Umar
ra. dan Ali ra. agar merahasiakan tentang dia. Barulah di hari wafatnya
penduduk Yaman mendengar sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi
saw., bahwa Uwais Al-Qarni adalah penghuni langit.
Sumber:
http://kisahimuslim.blogspot.co.id/2014/08/kisah-uwais-al-qarni-hikmah-taat-kepada.html
Beberapa tahun kemudian, Uwais Al-Qarni meninggal dunia. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan tiba-tiba sudah banyak orang
yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat
pembaringan untuk dikafani, di sana sudah ada orang-orang yang menunggu
untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburnya. Di sana
ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai.
Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang
yang berebutan untuk mengusungnya.
Beberapa tahun
kemudian, Uwais Al-Qarni meninggal dunia. Anehnya, pada saat akan
dimandikan, tiba-tiba sudah banyak orang yang berebut untuk memandikan.
Saat mau dikafani, di sana pun sudah banyak orang-orang yang menunggu
untuk mengafaninya. Saat mau dikubur, sudah banyak orang yang siap
menggali kuburannya. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar
biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusung jenazahnya.
Penduduk Kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, “Siapakah
sebenarnya Uwais Al-Qarni itu? Bukankah Uwais yang kita kenal hanyalah
seorang fakir, yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya sehari-hari
pekerjannya hanya sebagai penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari
wafatmu, engkau menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya
manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam
jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang
diturunkan ke bumi oleh Allah Swt., hanya untuk mengurus jenazah dan
pemakamanmu.”
Berita meninggalnya Uwais Al-Qarni dan keanehan-keanehan yang terjadi
saat wafatnya telah tersebar ke mana-mana. Baru saat itulah penduduk
Yaman mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni. Selama ini tidak ada
orang yang mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni, hal itu
disebabkan oleh permintaan Uwais Al-Qarni sendiri kepada Khalifah Umar
ra. dan Ali ra. agar merahasiakan tentang dia. Barulah di hari wafatnya
penduduk Yaman mendengar sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi
saw., bahwa Uwais Al-Qarni adalah penghuni langit.
Sumber:
http://kisahimuslim.blogspot.co.id/2014/08/kisah-uwais-al-qarni-hikmah-taat-kepada.html
Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, "Siapakah
sebenarnya engkau wahai Uwais al-Qorni? Bukankah Uwais yang kita kenal,
hanyalah seorang fakir yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya hanyalah
sebagai penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau
telah menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing
yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian
banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang di turunkan ke bumi,
hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamannya. Baru saat itulah
penduduk Yaman mengetahuinya siapa "Uwais al-Qarni" ternyata ia tak
terkenal di bumi tapi terkenal di langit.
“Sesungguhnya tabi’in yang terbaik adalah seorang pria yang
bernama . Uwais. Ia memiliki seorang ibu dan dulunya berpenyakit kulit
(tubuhnya ada putih-putih). Perintahkanlah padanya untuk meminta ampun
untuk kalian.” (HR. Muslim no. 2542).
Sumber :
1. https://id.wikipedia.org/wiki/Uwais_al-Qarny
2. http://kisahzahra.blogspot.co.id/2013/03/uwais-al-qarni-menggendong-ibunya-naik.html
3. http://kisahimuslim.blogspot.co.id/2014/08/kisah-uwais-al-qarni-hikmah-taat-kepada.html
4. http://www.anaksaleh.com/kisah-islami/cerita-sahabat/54-kisah-uwais-al-qarni-sang-penghuni-langit.html
5. https://rumaysho.com/10538-kisah-uwais-al-qarni-dan-baktinya-pada-orang-tua.html