Sunday, March 6, 2016

Bismillahirrahmanirrahim, sahabat surga sekalian kali ini kami akan membahas kisah tentang seorang wanita bernama Hindun Binti 'Utbah atau orang - orang mengenalnya Sang Pemakan Hati, siapa dia? lalu apa hubungannya dengan tema hidayah kali ini? Disimak yuu ceritanya :-)

Hindun binti ‘Utbah (هند بنت عتبة) adalah istri dari Abu Sufyan bin Harb, seorang pria yang sangat berpengaruh di Mekkah. Dia ibu dari Muawiyah I, pendiri dinasti Umayyah dan Ramlah binti Abu Sufyan adalah salah satu dari istri Nabi Muhammad SAW. Hindun binti Utbah juga merupakan putri tokoh Quraisy yang sangat keras permusuhan kepada Islam, yakni Utbah bin Rabiah. Kisahnya yang paling terkenal adalah saat dia menjadi dalang dibalik pembunuhan paman Rasulullah SAW, Hamzah Bin Abdul Muthalib yang dijuluki sebagai "Singa Allah" karena kehebatannya dalam berperang dan tak pernah terkalahkan.

Dendam Hindun terhadap Hamzah Bin Abdul Muthalib terjadi saat Perang Badar dimana Saudaranya terdekatnya Syaibah bin Rabi’ah dan Walid bin Utbah dan Ayahnya 'Utbah Bin Rabiah tewas ditangan Hamzah Bin Abdul Muthalib. Maka saat perang Uhud tiba, Hindun mengutus budak yang bernama Wahsy untuk membunuh paman Rasulullah tersebut dengan mengiming-imingi apabila Wahsy berhasil membunuh Hamzah Bin Abdul Muthalib ia akan memerdekakannya.

Pagi itu saat perang Uhud dimulai Wahsy telah bersiap bersembunyi dibalik batu untuk menjalankan aksinya membunuh Hamzah Bin Abdul Muthalib, dan ia berhasil pada perang Uhud itu kaum muslimin mengalami kekalahan dan Hamzah Bin Abdul Muthalib menjadi syahid. Setelah perang Uhud berakhir Hindun dan wanita kaum musyrikin lainnya menghitung jumlah orang yang tewas pada kaum muslimin, mereka mengambil telinga dan hidung para syuhada tersebut untuk dijadikan gelang kaki dan kalung. Sedangkan pada mayat Hamzah Bin Abdul Muthalib, Hindun bukan saja memotong mata dan telinga Hamzah Bin Abdul Muthalib tetapi hampir semua anggota tubuhnya termasuk juga hati dari Hamzah Bin Abdul Muthalib yang ia makan namun ia mampu untuk menelannya sehingga setelah hati Hamzah Bin Abdul Muthalib dikunyah kemudian Hindun memuntahkannya. Saat Rasulullah datang untuk melihat syuhada kaum muslimin hampir-hampir Rasulullah sampai tidak mengenali jenazah sang paman tercinta karena saking hancurnya.

Dalam suatu riwayat Rasulullah karena saking marahnya melihat jenazah pamanya yang diperlakukan diluar batas kemanusiaan, beliau sampai berkata : "…sungguh, akan aku perbuat terhadap tujuh puluh (dalam riwayat lain tiga puluh) orang lelaki dari mereka, sebagaimana yang diperbuat terhadap dirimu…!!" Tetapi seketika itu Malaikat Jibril turun membawa wahyu Allah, Surat an Nahl ayat  125-128 sebagai teguran atas sikap Nabi SAW tersebut, dan beliau pun membatalkan rencana seperti itu.

Lantas bagaimana sikap Hindun setelah menghancurkan jenazah sang paman Rasulullah tercinta, ia tertawa terbahak-bahak dan membawa beberapa bagian tubuh Hamzah yang telah ia potong-potong itu kepada kaum musyrikin dengan bangga.

Namun hal ini tak lantas menjadikan Hindun Binti 'Utbah bersama suaminya Abu Sufyan dan budaknya Wahsyi mati dalam keaadaan kafir. Allah berkenan memberikan hidayah-Nya kepada tiga orang tersebut ketika terjadinya Fathul Makkah atau yang dikenal dengan penaklukan Kota Mekkah.

Malam hari pada hari terjadinya Fathul Makkah, Hindun berkata kepada suaminya, Abu Sufyan bin Harb, "Sesungguhnya aku mau berba'iat kepada Rasulullah SAW."
"Aku melihat kamu ini masih kufur!" Kata suaminya, yang telah memeluk Islam beberapa waktu sebelum Nabi SAW tiba di Makkah, yakni dalam perjalanan dari Madinah ke Makkah. Hindun berkata, "Demi Allah! Demi Allah! Tidak pernah aku melihat sebelum ini, Allah disembah dengan sebenar-benarnya, sebagaimana telah dilakukan oleh Muhammad dan sahabat-sahabatnya di masjid ini (Masjidil Haram) pada malam  hari ini. Tidaklah mereka menghabiskan malam, kecuali dengan ruku, sujud dan thawaf hingga subuh." Abu Sufyan bertanya, "Apakah kamu melihat semua ini dari Allah?" "Ya, ini memang dari Allah!!" Kata Hindun dengan tegas.

Keesokan harinya Hindun datang kepada Rasulullah SAW dengan saudaranya, Fathimah binti Utbah untuk memeluk Islam. Mereka diantar oleh saudaranya yang telah memeluk Islam sejak masa-masa awal, yakni Abu Hudzaifah bin Utbah. Riwayat lain menyebutkan bahwa Hindun datang bersama beberapa orang wanita Quraisy lainnya dengan diantar Utsman bin Affan, yang memang masih kerabat dekatnya.

Hindun datang menghadap dengan memakai cadar. Ia tidak ingin langsung dikenali, bagaimanapun ada perasaan malu dan bersalah kepada Nabi SAW karena tindakannya yang keterlaluan terhadap jenazah Hamzah pada waktu Perang Uhud, tindakan yang didorong oleh perasaan dendam jahiliah semata. Setelah tiba di hadapan Nabi SAW, ia berkata, "Wahai Rasulullah, segala puji bagi Allah yang telah memenangkan agama yang telah dipilih-Nya sendiri. Semoga aku memperoleh manfaat dari kasih sayangmu, sesungguhnya aku adalah wanita yang telah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya…"

Sesaat ia berhenti bicara untuk membuka cadar yang menutupi wajahnya, kemudian berkata lagi, "Wahai Rasulullah, saya adalah Hindun binti Utbah…!!" Tentu saja Nabi SAW tidak mungkin tidak mengenal Hindun, dan tidak mungkin pula beliau lupa akan apa  yang terjadi pada jenazah Hamzah di Perang Uhud. Tetapi beliau bukanlah sosok pendendam, sosok yang mudah memvonis seseorang dengan neraka atau dosa yang tidak terampunkan. Sebaliknya, beliau adalah pribadi yang pemaaf, penuh kasih sayang, bahkan terhadap orang-orang yang pernah menyiksa dan memperolok-olokkan beliau seperti yang terjadi pada peristiwa Thaif. Memang sangat tepat kalau beliau diutus sebagai rahmatan lil 'alamin, sebagai rahmat bagi seluruh alam.

Melihat "strategi" yang dijalankan Hindun tersebut, Nabi SAW hanya tersenyum kemudian bersabda, "Selamat datang untukmu…!!" Hindun amat gembira dengan sambutan Nabi SAW, seolah-olah tidak pernah suatu peristiwa yang mengganjal di antara mereka di masa lalu. Akhirnya ia berkata, "Sungguh, dahulu tidak ada penghuni rumah di muka bumi yang ingin kuhinakan selain penghuni rumahmu, tetapi sekarang ini tidak ada penghuni rumah di muka bumi yang lebih aku sukai untuk dimuliakan selain penghuni rumahmu…!!"

Nabi SAW amat senang dengan sanjungan yang diberikan Hindun, kemudian beliau memba'iatnya, berikut wanita-wanita Quraisy yang menyertainya, dengan tuntunan yang ada pada Surat al Mumtahanah ayat 12. Hindun sempat menyela pembicaraan beliau, "Wahai Rasullullah, apakah kami tidak perlu berjabat tangan denganmu (dalam ba'iat ini, sebagaimana kalau beliau memba'iat kaum lelaki...)?" Beliau bersabda, "Sesungguhnya aku tidak berjabat tangan dengan wanita, sesungguhnya perkataanku kepada seratus wanita sama seperti perkataanku kepada seorang wanita (dalam memba'iat ini)…." Kemudian beliau meneruskan proses ba'iat bagi Hindun dan wanita-wanita Quraisy tersebut.

Nah bagaimana kisahnya sahabat luar biasa bukan? yang bisa kita ambil dari kisah ini adalah bahwa hidayah sejati hadir pada setiap jiwa yang Allah kehendaki, memaafkan sepahit apapun itu yang dilakukan orang lain pada kita itulah yang akhirnya menaikkan derajat kita disisi Allah dan yang paling penting apapun kesalahan kita harus cepat-cepat meminta ampun pada Allah dan bertaubat, karena Allah sangat mencintai orang-orang yang bertaubat.

Sampai bertemu dikisah teladan berikutnya yaa, Salam Ukhuwah dari kami Hamasah Islam Poltekkes Bandung

Sumber :
1. http://percikkisahsahabat.blogspot.co.id/2014/10/hindun-binti-utbah-ra.html
2. https://id.wikipedia.org/wiki/Hindun_binti_Utbah
3. https://biografi-tokoh-ternama.blogspot.co.id/2014/09/artikel-hindun-binti-utbah-wanita-pejuang-perang-yarmuk.html
4. http://mmuchlismuhsinamin.blogspot.co.id/2013/04/kisah-sahabat-wanita-rasulullah-pemakan_17.html


 

0 comments:

Post a Comment